Kisah dan Teladan Santa Lucia (13 Desember) - Perawan dan Martir
Salah satu orang Kudus atau santo santa yang diperingati dalam Gereja Katolik di bulan Desember adalah Santa Lucia . Pesta namanya dirayakan atau diperingati setiap tanggal 13 Desember setiap tahunnya.
Lusia menjadi seorang kudus atau santa, karena ia ingin mempersembahkan hidupnya hanya untuk Tuhan. Ia mempertahankan keperawanannya, dan keKristianiannya, sehingga ia menjadi martir dengan cara disiksa dan akhirnya terbunuh oleh tusukan pedang yang menembus leher sang perawan suci tersebut.
Sang ayah meninggal dunia dikala Lusia masih kecil sehingga ia tumbuh dan besar di dalam tanggungjawab sang ibu, Eutychia.
Sejak remaja, Lusia dengan kehidupan ronahinya, ia secara diam-diam memiliki sebuah ikrar bahwa dirinya akan mempersembahkan seluruh hidupnya untuk Kristus, termasuk keperawanannya. Ia tak ingin menikah, ia ingin kemurniannya hanya dimiliki oleh Kekasih hatinya, yaitu Yesus sendiri.
Setelah ia besar, sang ibu ternyata telah mengatur sebuah perjodohan dengan seorang laki-laki yang tidak beriman pada kristus atau kafir, dan mendesaknya untuk segera menikah.
Karena ikrar kemuriannya yang telah ada dalam dirinya, Lusi mencoba menolaknya dan berhasil menunda selama tiga tahun lamanya, serta ia terus mencoba mengubah cara pikir ibunya.
Tepat di saat ketika ibunya mengalami sakit, Lusia mengusulkan dan mengajak sang ibu berziarah ke makan Santa Agatha di Kathania untuk memohon kesembuhan. Ibunya pun menanggapinya dengan baik.
Hasil peziarahan tersebut berbuah manis, permohonan kesembuhan tersebut dikabulkan, dan ibunya sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Dan suatu ketika juga Sang ibu Eutychia dan Lusia mendapat penampakan dari santa Agatha.
Sebagai ungkapan syukur dan terimakasih atas kesembuhan tersebut, Ibunya mengizinkan Lusia untuk menjalankan pilihan hidupnya yaitu untuk setia pada kaul kemurnian yang sudah diikrarkannya kepada Kristus .
Perjuangan Lusia tidak semulus yang dikira. Setelah mendapat restu dari ibunya, masa penganiayaan terjadi pada dirinya dari pemerintahan yang keji yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang mencoba mendekatinya namun mendapat penolakan, termasuk Paschasius seorang pemuda yang pernah dijanjikan ibunya untuk menikahi lusia.
Masa itu adalah masa dimana kekaisaran romawi dipimpin oleh Diokletianus, seorang kaisar kafir yang bengis yang menganggap diri keturunan dewa, sehingga seluruh rakyat harus menyembahnya atau menyembah patung dewa-dewa Romawi.
Orang-orang yang tak mau menuruti atau berbeda paham keyakinan akan menjadi korbannya. Hal itu juga terjadi pada orang-orang Kristen yang gigih membela dan mempertahankan imannya.
Melihat peluang itu, Paschasius melaporkan Lusia dan keluarganya pada Kaisar. Lusia pun dibujuk rayu untuk meninggalkan Kristus, dan mencoba mendapatkan kemurniannya dengan mencoba menaangkap dan membuang ke tempat pelacuran.
Namun apa yang terjadi, Lusiapun tetap teguh pada pendiriannyadan dan Tuhan berpihak padanya.
Ketika para penjaga ingin mencoba menangkapnya, mereka tak mampu membawa Lusia pergi kerena tubuh Lusia menjadi begitu berat dan tak dapat tergoyahkan, bahkan mereka sempat menggunakan seekor lembu untuk menariknya namun juga tak bergerak sedikitpun.
Gubernur yang memerintah saat itu pun menjadi geram dan memerintahkan para prajurit untuk menyiksa dan membubuhnya.
Percobaan penyiksaan pun dilakukan. Mereka melakukan pembakaran pada tubuh Lusia. Namun sebuah keajaiban dirasakan oleh Lusia, Tubuhnya tidak terasa panas sama sekali walaupun berada di tengah api yang menyala-nyala melahap tubuhnya.
Melihat kejadian itu, maka sang algojo pun terus mencoba menyiksa dan membunuhnya dengan cara lain yaitu dengan cara menghunuskan pedang ke arah lehar Lusia hingga sang perawan suci pun meninggal.
Ia meninggal sebagai perawan dan martir bagi Kristus pada 13 Desember 304.
Di Romawi terutama daerah Sisilia, Santa Lusia di hormati sebagai perawan dan martir yang sangat terkenal sejak abad ke-6.
Nama Santa Lusia kini tercantum dalam doa "Nobis quoque peccatoribus" dalam Kanon Misa.
Dengan arti dalam nama lusia yaitu "cahaya", maka pada abad peertengahan banyak orang berdoa dengan perantaraannya memohon kesembuhan dari penyakit mata.
Mengenai hal itu juga ada cerita yang beredar bahwa disaat dimana ia disiksa terjadi peristiwa pencongkelan kedua mata oleh para algojo. Namun di cerita lain pun beredar bahwa kedua matanya dicongkel sendiri dan menunjukkan kepada pemuda-pemuda yang mengejarnya.
Itulah cerita dari santa Lusia. Semoga kisah ini bisa memberikan kita sebuah rahmat untuk tetap bertahan dalam iman, berani mempertahankan kebenaran demi Kristus sang sumber kehidupan kita.
Lusia menjadi seorang kudus atau santa, karena ia ingin mempersembahkan hidupnya hanya untuk Tuhan. Ia mempertahankan keperawanannya, dan keKristianiannya, sehingga ia menjadi martir dengan cara disiksa dan akhirnya terbunuh oleh tusukan pedang yang menembus leher sang perawan suci tersebut.
Kisah Hidup Santa Lucia
Santa Lusia hidup atau di lahirkan di akhir abad ke 3 di Syracuse, pulau Sicilia. Ia menjadi anak dari keluarga kaya di Italia yang beragama Kristen.Sang ayah meninggal dunia dikala Lusia masih kecil sehingga ia tumbuh dan besar di dalam tanggungjawab sang ibu, Eutychia.
Sejak remaja, Lusia dengan kehidupan ronahinya, ia secara diam-diam memiliki sebuah ikrar bahwa dirinya akan mempersembahkan seluruh hidupnya untuk Kristus, termasuk keperawanannya. Ia tak ingin menikah, ia ingin kemurniannya hanya dimiliki oleh Kekasih hatinya, yaitu Yesus sendiri.
Setelah ia besar, sang ibu ternyata telah mengatur sebuah perjodohan dengan seorang laki-laki yang tidak beriman pada kristus atau kafir, dan mendesaknya untuk segera menikah.
Karena ikrar kemuriannya yang telah ada dalam dirinya, Lusi mencoba menolaknya dan berhasil menunda selama tiga tahun lamanya, serta ia terus mencoba mengubah cara pikir ibunya.
Tepat di saat ketika ibunya mengalami sakit, Lusia mengusulkan dan mengajak sang ibu berziarah ke makan Santa Agatha di Kathania untuk memohon kesembuhan. Ibunya pun menanggapinya dengan baik.
Hasil peziarahan tersebut berbuah manis, permohonan kesembuhan tersebut dikabulkan, dan ibunya sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Dan suatu ketika juga Sang ibu Eutychia dan Lusia mendapat penampakan dari santa Agatha.
Sebagai ungkapan syukur dan terimakasih atas kesembuhan tersebut, Ibunya mengizinkan Lusia untuk menjalankan pilihan hidupnya yaitu untuk setia pada kaul kemurnian yang sudah diikrarkannya kepada Kristus .
Perjuangan Lusia tidak semulus yang dikira. Setelah mendapat restu dari ibunya, masa penganiayaan terjadi pada dirinya dari pemerintahan yang keji yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang mencoba mendekatinya namun mendapat penolakan, termasuk Paschasius seorang pemuda yang pernah dijanjikan ibunya untuk menikahi lusia.
Masa itu adalah masa dimana kekaisaran romawi dipimpin oleh Diokletianus, seorang kaisar kafir yang bengis yang menganggap diri keturunan dewa, sehingga seluruh rakyat harus menyembahnya atau menyembah patung dewa-dewa Romawi.
Orang-orang yang tak mau menuruti atau berbeda paham keyakinan akan menjadi korbannya. Hal itu juga terjadi pada orang-orang Kristen yang gigih membela dan mempertahankan imannya.
Melihat peluang itu, Paschasius melaporkan Lusia dan keluarganya pada Kaisar. Lusia pun dibujuk rayu untuk meninggalkan Kristus, dan mencoba mendapatkan kemurniannya dengan mencoba menaangkap dan membuang ke tempat pelacuran.
Namun apa yang terjadi, Lusiapun tetap teguh pada pendiriannyadan dan Tuhan berpihak padanya.
Ketika para penjaga ingin mencoba menangkapnya, mereka tak mampu membawa Lusia pergi kerena tubuh Lusia menjadi begitu berat dan tak dapat tergoyahkan, bahkan mereka sempat menggunakan seekor lembu untuk menariknya namun juga tak bergerak sedikitpun.
Gubernur yang memerintah saat itu pun menjadi geram dan memerintahkan para prajurit untuk menyiksa dan membubuhnya.
Percobaan penyiksaan pun dilakukan. Mereka melakukan pembakaran pada tubuh Lusia. Namun sebuah keajaiban dirasakan oleh Lusia, Tubuhnya tidak terasa panas sama sekali walaupun berada di tengah api yang menyala-nyala melahap tubuhnya.
Melihat kejadian itu, maka sang algojo pun terus mencoba menyiksa dan membunuhnya dengan cara lain yaitu dengan cara menghunuskan pedang ke arah lehar Lusia hingga sang perawan suci pun meninggal.
Ia meninggal sebagai perawan dan martir bagi Kristus pada 13 Desember 304.
Di Romawi terutama daerah Sisilia, Santa Lusia di hormati sebagai perawan dan martir yang sangat terkenal sejak abad ke-6.
Nama Santa Lusia kini tercantum dalam doa "Nobis quoque peccatoribus" dalam Kanon Misa.
Dengan arti dalam nama lusia yaitu "cahaya", maka pada abad peertengahan banyak orang berdoa dengan perantaraannya memohon kesembuhan dari penyakit mata.
Mengenai hal itu juga ada cerita yang beredar bahwa disaat dimana ia disiksa terjadi peristiwa pencongkelan kedua mata oleh para algojo. Namun di cerita lain pun beredar bahwa kedua matanya dicongkel sendiri dan menunjukkan kepada pemuda-pemuda yang mengejarnya.
Itulah cerita dari santa Lusia. Semoga kisah ini bisa memberikan kita sebuah rahmat untuk tetap bertahan dalam iman, berani mempertahankan kebenaran demi Kristus sang sumber kehidupan kita.
Ringkasan Informasi Santa Lucia
Seorang santa yang memperjuangkan iman dan kemurniannya dengan berkorban sebagai Martir Kristus.- Lahir: Tahun 283
- Kota asal: Syracuse, Sicilia - Italia
- Wafat: 13 Desember 304 sebagai Martir Martir
- Kanonisasi: Pre-Congregation
- Perayaan: 13 Desember
- Lambang: ==
Variasi Nama Lucia
- Luce (Italian),
- Luzia (German),
- Lucy (English),
- Llúcia (Catalan),
- Luca, Lucija (Croatian),
- Lucie (Czech),
- Luus (Dutch),
- Lucie, Luce, Lucette, Lucile, Lucille, Lucinde (French),
- Luca (Hungarian),
- Luus (Limburgish),
- Lucinda (Literature),
- Łucja, Lucja (Polish),
- Lúcia, Luzia, Lucinda (Portuguese),
- Liùsaidh (Scottish),
- Lucija (Slovene),
- Lucía, Lucila (Spanish),
- Lleucu (Welsh)
- Lucio (Italian),
- Lucius (English),
- Lucius (Ancient Roman)
Posting Komentar untuk "Kisah dan Teladan Santa Lucia (13 Desember) - Perawan dan Martir"