Kisah dan Teladan Santo Ignatius Loyola (31 Juli) Beserta Arti dan Variasi Nama | Ad maiorem Dei Gloriam
Kisah orang kudus yang diperingati setiap Bulan Juli dalam Gereja Katolik salah satunya adalah Santo Ignatius dari Loyola. Ia adalah seorang yang menjadi Pendiri dari Ordo / Serikat Jesuit (SJ).
Dalam Kehidupannya ia mengalami perubahan hidup dari seorang Ksatria Spanyol yang hebat menjadi seorang imam yang pewarta kabar gembira bagi semua bangsa.
Perubahan tersebut tentunya berkat kuasa Allah sendiri yang menuntunnya dari sebuah derita akibat perang, menuju pada pertemuannya dengan Allah dalam sebuah tuntunan dari buku-buku rohani yang dibaca saat pemulihan luka yang diderita akibat perang.
Dan di waktu kecil menggunakan nama Íñigo López de Loyola, dan dikemudian hari nama baptis ñigo diubah ke bahasa latin menjadi "Ignatius".
Ignatius ditinggalkan oleh ibunya karena meninggal dunia tidak lama setelah kelahirannya. Dan ia akhirnya di asuh oleh María de Garín, istri dari seorang pandai besi setempat.
Semasa kecil, Ignatius dikirim menjadi pelayan (page) salah seorang kerabatnya, Juan Velázquez de Cuéllar, bendahara (contador mayor) Kerajaan Kastilia.
Saat di sanalah ia memiliki sebuah angan-angan ingin menjadi seorang ksatria yang hebat. Ia sering membaca kisah-kisah epik yang membangkitkan semangat ksatria seperti El Cid, para kesatria Camelot, dan Kidung Roland.
Pada usia 17 tahun ia masuk menjadi seorang tentara. Ia menjadi seorang tentara yang terlihat angkuh, juga seorang pendekar pedang yang agresif dan kasar yang menggunakan status istimewanya untuk lolos dari penuntutan yang pernah terjadi padanya.
Pada usia 18 tahun (1509), ia mulai mengangkat senjata sebagai pengabdiannya kepada Antonio Manrique de Lara, Kepala Daerah Nájera. Kualitas diplomasi dan kepemimpinan Ígnatius membuatnya digelari "pelayan istana".
Ia banyak melakukan pertempuran tanpa pernah terluka. Namun tidak untuk pertempuran yang berikutnya yang ia lakukan di Pamplona yaitu ia terluka parah ketika sepasukan ekspedisi Prancis-Navarra menyerbu benteng Pamplona pada tanggal 20 Mei 1521. Sebuah bola meriam menyebabkan kaki kanannya terluka dan kaki kirinya patah di berbagai titik.
Ia lalu dibawa pulang ke kastil ayahnya, ia dirawat dioperasi untuk meyembuhkan luka-lukanya. Namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan, Ignatius mengalami pincang sepanjang sisa hidupnya di dunia ini dan karier militernya berakhir.
Dari Waktu inilah, dimana saat pemulihan di kastil Loyola. Ignatius tak berdaya selama berbulan-bulan, ia mulai mencari bacaan untuk menghilangkan kebosanannya.
Ia sangat suka membaca kisah-kisah heroik namun di sana tak dijumpainya satu pun. Dengan ogah-ogahan, Ignatius pun membuka-satu-persatu buku di sana hingga akhirnya menemukan buku-buku kisah Kehidupan Yesus dan Santo-santa. Karya tulis religius yang paling mengena dalam dirinya adalah De Vita Christi karya Ludolfus dari Sachsen. Dan dari sini kehidupan Ignatius mulai berubah.
Secara perlahan bacaan-bacaan tersebut mulai bisa menarik hatinya, dan apa yang dibaca tertanam di hati Ignatius Loyola, dan akhirnya bisa mengubah hidupnya.
Dalam permenungannya dimasa penyembuhan itu, ia mengalami sebuah mimpi tentang mengikuti jejak para kudus dalam bacaan-bacaannya. Ia mengalami suatu desolasi (kekosongan mendalam) dan ketidakpuasan ketika mimpi kepahlawanan romatis tersebut usai, tetapi berbeda pada mimpinya tentang kekudusan, ia berakhir dengan kedamaian dan sukacita besar.
Selain mimpi, disuatu malam ia juga mengalami sebuah pengelihatan / visiun akan Perawan Maria dan Kanak-Kanak Yesus yang membuat Ignatius merasa mendapat penghiburan besar akan dirinya.
Setelah keadaannya membaik. Ia beniat dan bertekat kuat melakukan peziarahan ke Tanah Suci untuk "mencium bumi tempat Tuhan kita pernah berjalan di atasnya" dan untuk melakukan penyilihan yang lebih keras.
Ia memulai perjalanannya mulai dari biara Benediktin Santa Maria de Montserrat. Di sana ia mulai menanggalkan pedang dan belatinya di di altar Sang Perawan dari Montserrat. Ia pun memberikan pakaian kepada orang miskin yang dijumpainya.
Dari Montserrat ia berjalan ke kota Manresa (Catalunya), ia di sana kurang lebih tinggal satu tahun lamanya. Ignatius mengalami hidup keras, mengemis untuk menyambung hidupnya.
Di sebuah gua di dekat sana ia mempraktekkan asketisme dengan keras, berdoa tujuh jam sehari, serta merumuskan dasar-dasar Latihan Rohani-nya.
Ia pun mengalami sebuah godaan, dan juga pengelihatan kembali di sebuah rumah sakit yang nampaknya memang begitu indah dan surgawi, namun ia yakini bahwa penelihatan tersebut pada hakikatnya berasal dari roh jahat dan ia mengabaikannya. Pengelihatan tersebut berupa "suatu wujud di dekatnya yang melayang-layang di udara dan wujud ini memberinya banyak penghiburan karena luar biasa indah ... wujud itu entah bagaimana sepertinya memiliki bentuk seekor ular dan memiliki banyak objek yang bersinar seperti mata, tetapi bukan mata". Saat ia melihat itu ia merasa terhibur dan gembira, dan ketika pengelihatan itu hilang ia merasa sedih.
Ignatius ingin melanjutkan perjalanannya ke tanah suci dengan niat dan berniat menetap di sana. Namun hanya beberapa minggu disana tidak sampai satu bulan (3-23 September 1523), ia tidak diperkenanakan berlama-lama di sana, dan dikirim kembali ke Eropa oleh para frater Fransiskan.
Kepulangannya itu ia manfaatkan untuk belajar mempersiapkan diri menjadi pewarta Kabar Gembira Kristus agar lebih kuat pondasinya.
Mula-mula ia belajar bahasa Latin bersama anak-anak sekolah Dasar si Barcelona sampai kemudian meraih Gelar sarjana di Universitas Paris
Semasa kuliah ia bertemu dengan rekan-rekan dalam menuntut ilmu, dan ia pun sering memberikan bimbingan rohani kepada teman-temannya.
Bahkan bimbingan spiritualnya bukan hanya dengan teman-teman belajarnya saja, juga pernah berkotbah di jalan yang menimbulkan kejadian tiga orang dari antara para wanita alumbrados mulai mengalami keadaan ekstatik ( "Seorang jatuh tak sadarkan diri, yang lain terkadang berguling-guling di tanah, yang lain lagi sempat terlihat berada dalam pengaruh tawa tak terkendali atau gemetaran dan berkeringat dingin.")
Keadaan seperti itu menimbulkan sebuah hal yang mencurigakan, dan juga bahwa ia juga bukan seorang teolog waktu itu, ia dianggap menebarkan ajaran bidaah. Akibatnya ia ditangkap oleh Inkuisisi Spanyol, meskipun akhirnya ia pun di bebaskan juga. Petualangan itu, sering terjadi berulang-ulang di Spanyol.
Dan sampai pada masa Ignatius kembali ke Paris, Ignatius mengilhami Enam Mahasiswa lainnya (Fransiskus Xaverius, Alfonso Salmeron, Diego Laynez, dan Nicolas Bobadilla, Petrus Faber, dan Simão Rodrigues) bersatu mengadakan ikatan untuk bersatu menyebarkan Injil kepada mereka yang belum mengenal Kristus.
Kelompok ini kemudian menghadap Paus Paulus III dan menawarkan diri untuk menjalankan tugas Pewartaan Injil. Atas Semangat dan pendidikan yang dipunya oleh kelompokk ini, Paus pun mengabulkan permintaannya. menahbiskan mereka menjadi seorang imam dan mempersatukannya dalam sebuah ikatan persaudaraan mereka dikokohkan menjadi Serikat Rohaniwan, yang kemudian dinamakan sebagai Societatis Jesu atau dalam bahasa Indonesia Serikat Jesus atau Serikat Jesuit (SJ)
Dalam Serikat Jesuit ini mereka mendasarkan diri pada tiga kaul yaitu : Kemiskinan, Ketaatan, dan Kemurnian; ditambah lagi dengan satu kaul khusus yaitu : Kesigapan untuk melaksanakan perintah Tahta Suci Kapan saja dan dimana saja.
Ignatius Loyola sebagai pimpinan Serikat Jesuit menulis sebuah kostitusi yang mehasilkan bahwa mereka menekankan penyangkalan diri dan ketaatan mutlak kepada Sri Paus dan para superior dalam hierarki Gereja.
Dan ada satu Prisip Ignatius yang selalu dipegang oleh para Jesuit adalah semboyan yang berbunyi:
Anggota Serikat Jesuit bertambah dengan cepat, dan para Yesuit ditus menyebar sebagai misionaris di berbagai benua: Eropa, Asia, bahkan sampai ke Benua Baru Amerika.
Dan saat ini Serikat Jesuit sudah memiliki lebih dari 500 Universitas dan Perguruan Tinggi, 30.000 anggota, dan mengajar lebih dari 200.000 siswa setiap tahun.
Selain Karyanya mengembangkan Serikat Jesuit, Ignatius loyola secara pribadi meninggalkan sebuah warisan bagi Gereja dalam sebuah catatan / Buku "Latihan Rohani" yang menyatakan kesiapsediaannya mengikuti ajaran Gereja secara penuh
Ia dimakamkan di dalam Gereja Maria della Strada, yang kemudian dihancurkan dan dibangun kembali menjadi Gereja Gesù, Roma. Jenazahnya dimasukkan ke dalam peti jenazah yang baru dan dikuburkan kembali dalam Gereja Gesù.
Ignatius dibeatifikasi pada tanggal 27 Juli 1609 dan dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada tanggal 12 Maret 1622, bersama-sama dengan Santo Fransiskus Xaverius.
Dalam Kehidupannya ia mengalami perubahan hidup dari seorang Ksatria Spanyol yang hebat menjadi seorang imam yang pewarta kabar gembira bagi semua bangsa.
Perubahan tersebut tentunya berkat kuasa Allah sendiri yang menuntunnya dari sebuah derita akibat perang, menuju pada pertemuannya dengan Allah dalam sebuah tuntunan dari buku-buku rohani yang dibaca saat pemulihan luka yang diderita akibat perang.
Kisah Hidup Santo Ignatius dari Loyola
Ignacio de Loyola atau Ignatius Loyola lahir pada tanggal 23 Oktober 1491 sebagai anak bungsu dari 13 Saudara dan hidup di keluarga bangsawan Loyola di wilayah Basque, Spanyol.Dan di waktu kecil menggunakan nama Íñigo López de Loyola, dan dikemudian hari nama baptis ñigo diubah ke bahasa latin menjadi "Ignatius".
Ignatius ditinggalkan oleh ibunya karena meninggal dunia tidak lama setelah kelahirannya. Dan ia akhirnya di asuh oleh María de Garín, istri dari seorang pandai besi setempat.
Semasa kecil, Ignatius dikirim menjadi pelayan (page) salah seorang kerabatnya, Juan Velázquez de Cuéllar, bendahara (contador mayor) Kerajaan Kastilia.
Saat di sanalah ia memiliki sebuah angan-angan ingin menjadi seorang ksatria yang hebat. Ia sering membaca kisah-kisah epik yang membangkitkan semangat ksatria seperti El Cid, para kesatria Camelot, dan Kidung Roland.
Pada usia 17 tahun ia masuk menjadi seorang tentara. Ia menjadi seorang tentara yang terlihat angkuh, juga seorang pendekar pedang yang agresif dan kasar yang menggunakan status istimewanya untuk lolos dari penuntutan yang pernah terjadi padanya.
Pada usia 18 tahun (1509), ia mulai mengangkat senjata sebagai pengabdiannya kepada Antonio Manrique de Lara, Kepala Daerah Nájera. Kualitas diplomasi dan kepemimpinan Ígnatius membuatnya digelari "pelayan istana".
Ia banyak melakukan pertempuran tanpa pernah terluka. Namun tidak untuk pertempuran yang berikutnya yang ia lakukan di Pamplona yaitu ia terluka parah ketika sepasukan ekspedisi Prancis-Navarra menyerbu benteng Pamplona pada tanggal 20 Mei 1521. Sebuah bola meriam menyebabkan kaki kanannya terluka dan kaki kirinya patah di berbagai titik.
Ia lalu dibawa pulang ke kastil ayahnya, ia dirawat dioperasi untuk meyembuhkan luka-lukanya. Namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan, Ignatius mengalami pincang sepanjang sisa hidupnya di dunia ini dan karier militernya berakhir.
Dari Waktu inilah, dimana saat pemulihan di kastil Loyola. Ignatius tak berdaya selama berbulan-bulan, ia mulai mencari bacaan untuk menghilangkan kebosanannya.
Ia sangat suka membaca kisah-kisah heroik namun di sana tak dijumpainya satu pun. Dengan ogah-ogahan, Ignatius pun membuka-satu-persatu buku di sana hingga akhirnya menemukan buku-buku kisah Kehidupan Yesus dan Santo-santa. Karya tulis religius yang paling mengena dalam dirinya adalah De Vita Christi karya Ludolfus dari Sachsen. Dan dari sini kehidupan Ignatius mulai berubah.
Secara perlahan bacaan-bacaan tersebut mulai bisa menarik hatinya, dan apa yang dibaca tertanam di hati Ignatius Loyola, dan akhirnya bisa mengubah hidupnya.
Dalam permenungannya dimasa penyembuhan itu, ia mengalami sebuah mimpi tentang mengikuti jejak para kudus dalam bacaan-bacaannya. Ia mengalami suatu desolasi (kekosongan mendalam) dan ketidakpuasan ketika mimpi kepahlawanan romatis tersebut usai, tetapi berbeda pada mimpinya tentang kekudusan, ia berakhir dengan kedamaian dan sukacita besar.
Selain mimpi, disuatu malam ia juga mengalami sebuah pengelihatan / visiun akan Perawan Maria dan Kanak-Kanak Yesus yang membuat Ignatius merasa mendapat penghiburan besar akan dirinya.
Setelah keadaannya membaik. Ia beniat dan bertekat kuat melakukan peziarahan ke Tanah Suci untuk "mencium bumi tempat Tuhan kita pernah berjalan di atasnya" dan untuk melakukan penyilihan yang lebih keras.
Ia memulai perjalanannya mulai dari biara Benediktin Santa Maria de Montserrat. Di sana ia mulai menanggalkan pedang dan belatinya di di altar Sang Perawan dari Montserrat. Ia pun memberikan pakaian kepada orang miskin yang dijumpainya.
Dari Montserrat ia berjalan ke kota Manresa (Catalunya), ia di sana kurang lebih tinggal satu tahun lamanya. Ignatius mengalami hidup keras, mengemis untuk menyambung hidupnya.
Di sebuah gua di dekat sana ia mempraktekkan asketisme dengan keras, berdoa tujuh jam sehari, serta merumuskan dasar-dasar Latihan Rohani-nya.
Ia pun mengalami sebuah godaan, dan juga pengelihatan kembali di sebuah rumah sakit yang nampaknya memang begitu indah dan surgawi, namun ia yakini bahwa penelihatan tersebut pada hakikatnya berasal dari roh jahat dan ia mengabaikannya. Pengelihatan tersebut berupa "suatu wujud di dekatnya yang melayang-layang di udara dan wujud ini memberinya banyak penghiburan karena luar biasa indah ... wujud itu entah bagaimana sepertinya memiliki bentuk seekor ular dan memiliki banyak objek yang bersinar seperti mata, tetapi bukan mata". Saat ia melihat itu ia merasa terhibur dan gembira, dan ketika pengelihatan itu hilang ia merasa sedih.
Ignatius ingin melanjutkan perjalanannya ke tanah suci dengan niat dan berniat menetap di sana. Namun hanya beberapa minggu disana tidak sampai satu bulan (3-23 September 1523), ia tidak diperkenanakan berlama-lama di sana, dan dikirim kembali ke Eropa oleh para frater Fransiskan.
Kepulangannya itu ia manfaatkan untuk belajar mempersiapkan diri menjadi pewarta Kabar Gembira Kristus agar lebih kuat pondasinya.
Mula-mula ia belajar bahasa Latin bersama anak-anak sekolah Dasar si Barcelona sampai kemudian meraih Gelar sarjana di Universitas Paris
Semasa kuliah ia bertemu dengan rekan-rekan dalam menuntut ilmu, dan ia pun sering memberikan bimbingan rohani kepada teman-temannya.
Bahkan bimbingan spiritualnya bukan hanya dengan teman-teman belajarnya saja, juga pernah berkotbah di jalan yang menimbulkan kejadian tiga orang dari antara para wanita alumbrados mulai mengalami keadaan ekstatik ( "Seorang jatuh tak sadarkan diri, yang lain terkadang berguling-guling di tanah, yang lain lagi sempat terlihat berada dalam pengaruh tawa tak terkendali atau gemetaran dan berkeringat dingin.")
Keadaan seperti itu menimbulkan sebuah hal yang mencurigakan, dan juga bahwa ia juga bukan seorang teolog waktu itu, ia dianggap menebarkan ajaran bidaah. Akibatnya ia ditangkap oleh Inkuisisi Spanyol, meskipun akhirnya ia pun di bebaskan juga. Petualangan itu, sering terjadi berulang-ulang di Spanyol.
Dan sampai pada masa Ignatius kembali ke Paris, Ignatius mengilhami Enam Mahasiswa lainnya (Fransiskus Xaverius, Alfonso Salmeron, Diego Laynez, dan Nicolas Bobadilla, Petrus Faber, dan Simão Rodrigues) bersatu mengadakan ikatan untuk bersatu menyebarkan Injil kepada mereka yang belum mengenal Kristus.
Kelompok ini kemudian menghadap Paus Paulus III dan menawarkan diri untuk menjalankan tugas Pewartaan Injil. Atas Semangat dan pendidikan yang dipunya oleh kelompokk ini, Paus pun mengabulkan permintaannya. menahbiskan mereka menjadi seorang imam dan mempersatukannya dalam sebuah ikatan persaudaraan mereka dikokohkan menjadi Serikat Rohaniwan, yang kemudian dinamakan sebagai Societatis Jesu atau dalam bahasa Indonesia Serikat Jesus atau Serikat Jesuit (SJ)
Dalam Serikat Jesuit ini mereka mendasarkan diri pada tiga kaul yaitu : Kemiskinan, Ketaatan, dan Kemurnian; ditambah lagi dengan satu kaul khusus yaitu : Kesigapan untuk melaksanakan perintah Tahta Suci Kapan saja dan dimana saja.
Ignatius Loyola sebagai pimpinan Serikat Jesuit menulis sebuah kostitusi yang mehasilkan bahwa mereka menekankan penyangkalan diri dan ketaatan mutlak kepada Sri Paus dan para superior dalam hierarki Gereja.
Dan ada satu Prisip Ignatius yang selalu dipegang oleh para Jesuit adalah semboyan yang berbunyi:
Ad maiorem Dei gloriam ("demi kemuliaan Allah yang lebih besar")
Paus dari Roma melihat pergerakan Ignatius Loyola dengan Serikat Jesuitnya bersama karya-karya mereka, terlihat menampakkan perkembangan yang sangat baik.
Anggota Serikat Jesuit bertambah dengan cepat, dan para Yesuit ditus menyebar sebagai misionaris di berbagai benua: Eropa, Asia, bahkan sampai ke Benua Baru Amerika.
Dan saat ini Serikat Jesuit sudah memiliki lebih dari 500 Universitas dan Perguruan Tinggi, 30.000 anggota, dan mengajar lebih dari 200.000 siswa setiap tahun.
Selain Karyanya mengembangkan Serikat Jesuit, Ignatius loyola secara pribadi meninggalkan sebuah warisan bagi Gereja dalam sebuah catatan / Buku "Latihan Rohani" yang menyatakan kesiapsediaannya mengikuti ajaran Gereja secara penuh
:"Hendaknya kita dengan sepenuh hati berpikiran sama dan dalam keselarasan dengan Gereja. Apabila Gereja telah menyatakan bahwa sesuatu adalah hitam, kendati di mata kita kelihatannya putih, semestinya kita juga menyatakannya hitam. Sebab kita harus percaya tanpa ragu, bahwa Roh Tuhan kita Yesus Kristus, dan Roh Gereja Mempelai-Nya, Roh yang memimpin dan mengarahkan kita menuju Keselamatan, adalah sama...
Ignatius dari Loyola wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556, dikarenakan sebuah penyakit yang dideritanya.
Ia dimakamkan di dalam Gereja Maria della Strada, yang kemudian dihancurkan dan dibangun kembali menjadi Gereja Gesù, Roma. Jenazahnya dimasukkan ke dalam peti jenazah yang baru dan dikuburkan kembali dalam Gereja Gesù.
Ignatius dibeatifikasi pada tanggal 27 Juli 1609 dan dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada tanggal 12 Maret 1622, bersama-sama dengan Santo Fransiskus Xaverius.
Ringkasan Kisah Santo Ignatius dari Loyola
Seorang Kudus Pendiri Ordo Jesuit (SJ) yang mengerjakan sesuatu hanya demi Kemuliaan Tuhan.- Lahir: 23 Oktober 1491 (loyola), Wafat: 31 Juli 1556 (Roma)
- Peringatan : 31 Juli
- Lambang: Seorang yang memperoleh Ilham saat merayakan Misa Kudus
- Beatifikasi: 27 Juli 1609 oleh Paus Paulus V
- Kanonisasi: 12 Maret 1622 oleh Paus Gregorius XV
Variasi Nama "Ignatius"
- Egnatius (Ancient Roman),
- Iñaki (Basque),
- Ignasi (Catalan),
- Ignác (Czech),
- Ignaas (Dutch),
- Ignace (French),
- Ignatz (German),
- Ignác (Hungarian),
- Ignazio (Italian),
- Ignas (Lithuanian),
- Ignacy (Polish),
- Inácio (Portuguese),
- Ignac, Ignacij,
- Nace (Slovene),
- Ignacio, Nacho, Nacio (Spanish)
Posting Komentar untuk "Kisah dan Teladan Santo Ignatius Loyola (31 Juli) Beserta Arti dan Variasi Nama | Ad maiorem Dei Gloriam "